Selasa, 21 Juni 2016

Engkau





Teruntuk Engkau yang ada dalam ruh ku
Yang hadir disetiap telisik sepi
Dialir nadi yang tak lelah henti
Dimana setiap langkah menjadi dawam cinta
Menjinggakan jingga
Membirukan rindu...


Engkau yang terikat akan hakekat
Dan Aku yang terbelenggu untuk menjadi "kita"
Sungguh, menjadi aku saja ternyata lelah..
Karena menjadi aku adalah sepi yang tak ber resonansi
Kerap ku sisip dalam doa pada Tuhan ku
Agar aku, kamu menjadi kita...

Sering ku sisipkan ramai
Agar hatiku tak gaduh mengaduh..
Ketika bagian bagian itu kau beraikan
Menjadi puing
Menjadi derai air mata yang tak bermuara

Ejaan ini bukan syair
Baris kata ini bukan puisi
Ini adalah kalimat hati
Untuk  seseorang yang selalu menjadi malaikat pemberi kebahagian dan cinta
Terima kasih ya Rabb

Kamis, 28 Januari 2016

Kisah sehabis pergi


Ada sebuah bangku di taman
Dan disana aku dan kamu berdiam
Bukan sekedar diam berdua tetapi
Menulis larik larik sajak cinta
Diantara batas antara air dan udara
Dalam bianglala huruf yang kau tak pagari
Yang aku tak pernah letih menulisnya

Aku yang penuh siasat
Untuk selalu ada di asamu
Tak pernah fana...
Meski kadang ku sisipkan rindu ku
Pada selembar daun
bahkan ...
Pada sekuntum kelopak mawar
Dan aku tak pernah lelah....
Mungkin hingga jasad ini terbaring
Dan mata ini terpejam

Tahukah kau tentang aku
Ketika aku menunggumu ?
Kau seperti udara subuh yang ku hisap
Dengan wangi melati di setiap penjurunya
Lebih semerbak dari secangkir kopi hitam
Yang ku nikmati ketika matahari keluar dari sembunyi
Tidak ada alasan tidak ku hisap dan ku sesap

Merasa kah engkau
Ketika aku merindu mu?
Aku butiran embun yang gugup
Menghadapi fajar yang kan pijar..
Aku laksana hitam yang tak bisa menjaga malam...
Usah kau tenggelamkan aku
Biar tutur ini tetap berucap
Biar basah bibir ini merenda doa
Meski hanya untuk sebait nama mu
Senja

Rabu, 09 Desember 2015

Engkau ,Aku dan kopi

Ijinkan aku ingin merupa mu
Di sepanjang cahaya sebelum fana
Dideras waktu
Disetiap puja puja
Diantara ufuk terbit dan tenggelam
Yang selalu membuatku  terhanyut
Larut..

Ijinkan aku mencaci aku
Yang tak bisa melepas bait
Menghilangkan syair pujian tentang mu
Karena aku yang selalu meretas gundah mu
Hingga kamu muak...
Lalu beranjak meninggalkan matahari

Ijinkan aku melantun doa
Memohon kepada Tuhan ku
Hilangkan gigil yang begitu deras
Karena menahan rindu pada hangat asmara yang engkau bekukan

Ijinkan aku tidak menumpahkan
Kopi yang engkau tuang kan gadis
Karena aku masih mencintai engkau
Aku masih ingin menikmati seduhan mu
Hingga tetes terakhir yang memanja rasa

Ijinkan aku selalu mencintamu gadis...




 

Puisi Dua Hati Copyright © 2010 | Designed by: Compartidisimo